Rasa lelah dibahuku begitu terasa,
hari ini pekerjaan di perusahaan tempatku bekerja sangat banyak, maklum sudah
tanggal 30, aku harus menyelesaikan laporan keuangan akhir bulan perusahaan. Jam
5 sore aku berjalan pulang dari kantor menuju
kos. Namun rasa lelahku terhapus saat melihat senja dibatas kota kembang yang sangat
indah, langit jingga begitu menawan sore ini. Tak terkecuali dengan hatiku juga,
yah.... betapa senangnya hatiku, sore tadi aku dipertemukan kembali dengan
sahabat kecilku, 15 tahun sudah kami berpisah. “Timus” namanya, nama sebenarnya
adalah Mustika, seorang anak laki-laki berbadan kecil, lincah, rajin, pandai, baik,
penyayang dan periang, itu yang aku ketahui tentangnya. Menurutku tak banyak perubahan
sifat dengannya, sama seperti awal aku mengenalnya dulu. Saat ini ia adalah
seorang mahasiswa S2 perguruan tinggi negri di Bandung, dan sebagai pengusaha
muda yang sangat sukses. Perbincangan kami
berdua tadi sangat mengharukan, namun juga sangat berkesaan, kami saling
menceritakan kehidupan kami masing-masing. Yah......betapa tidak.
Pada saat itu kami dipertemukan
saat masuk kelas 1 SD tahun 1998, ia memang anak yang hebat dan cerdas, karena
selalu mendapat rangking 1 dikelas, namun takdir hidupnya kurang beruntung, ia
seorang anak yatim, ayahnya meninggal karena kecelakaan kerja tahun 1996, saat
itu timus masih berumur 5 tahun, ibunya adalah seorang pembantu rumah tangga di
rumah tuan dan nyonya cina. Aku mulai dekat dengan timus saat ia selalu
membelaku dari kejahataan teman-teman yang membullyku, yah...aku selalu dibully
temanku sejak kelas 1 SD, sejak kecil badanku gemuk, itulah yang sering menjadi
bahan ejekan teman-temanku sekelas, ada yang mengatakanku anak kudanil, anak
gajah dan berbagai cemoohan lain yang menurutku sangat kejam. Namun Timus berbeda
dengan temanku yang lain, ia selalu menemaniku bermain dan belajar, ia juga tap
pernah sekalipun mengolok-olok diriku.
Setiap pulang sekolah ia selalu
mengajakku belajar bersama bahkan ia selalu mengajakku untuk mengerjakan
pekerjaan rumah yang diberikan guru dirumahku. Alhasil nilai-nilai sekolahku juga
ikut baik, tak segan - segan setiap kami selesai belajar dan bermain aku selalu
membagi permen lolipop coklat kesukaanku untuknya, namun ia tak pernah
memakannya langsung dan selalu menyimpan untuk adiknya ‘betty’ di rumah, betty adalah
adik timus yang berumur 3 tahun, ia sangat manis dan begitu manja apabila dekat
dengan timus, semenjak kejadian itu aku selalu memberikan 2 lolipop kesukaanku
untuknya, tak masalah bagiku membagi lolipopku untuknya karena aku masih bisa minta
ibu untuk membelikannya lagi dipasar, kebetulan ibuku adalah pedagang dipasar.
Kenaikan kelas pun dimulai, kami naik kelas 2.
Ayah dan ibu bangga kepadaku, nilai-nilaiku begitu bagus. Timus mendapatkan
rangking 1 dan aku rangking 2. Semenjak kelas 2 kami tetap selalu belajar dan
bermain bersama. Namun dikenaikan kelas 3 kami berpisah, ibunya dipecat sebagai
pembantu rumah tangga, usaha majikan ibunya bangkrut dan terkena dampak
kerusuhan akibat krisis moneter 1998 dan sejak saat itu tuan dan nyonya cina
majikan ibu Timus pulang ke Cina. Sejak saat itu ia menjadi anak mandiri, ia
bekerja untuk membiayai sekolahnya sendiri hingga sesukses ini....AKU BANGGA
SAMA KAMU MUS...